Wednesday, January 23, 2013
Artikel
10 Diktator Paling Gila Di Era Modern
Nicolae Ceausescu
Nicolae Ceausescu adalah Sekretaris Jendral dari Partai Komunis Romania pada tahun 1965-1989. Lahir dari keluarga petani sederhana pada tahun 1918. Pada usia 11 tahun, ia bekerja pada sebuah pabrik di kota Bucharest dan mulai aktif mengikuti kegiatan kaum sosialis. Di awal tahun 1930-an, ia bergabung dengan gerakan revolusi kelas pekerja. ia sering keluar masuk penjara karena kegiatan pemborantakannya ini. Dan di penjara inilah, ia bertemu dengan Gheorghiu-Dej, pemimpin gerakan komunis Romania yang kemudian berhasil menggulingkan pemerintahan Romania saat itu. Pada tahun 1965, Gheorghiu-Dej ditemukan meninggal mendadak dan memberikan tempat kepada Ceausescu untuk memimpin Romania. Ia mengangkat dirinya sendiri sebagai Raja sehingga memiliki kekuasaan absolut, sangat bertolak belakang dengan aliran komunisme yang dianut partainya, yang tidak mengakui aliran monarki/kerajaan. I menyebut dirinya "The Genius of The Carpathians".
Saat negaranya merasakan kemiskinan akibat hutang luar negeri yang sangat tinggi, dimana rakyat sampai harus antri untuk mendapatkan roti, Ceausescu hidup berlimpah tanpa kekurangan makanan. Ia juga memerintahkan untuk membangun gedung terbesar di dunia untuk parlemen, yang oleh pemerintahan sekarang pun hanya digunakan 30% dari gedung tersebut saking besarnya.Kegilaan lainnya, Ceausescu menuntut semua ilmuwan di Romania untuk menyertakan nama istrinya dalam semua penelitian mereka, padahal istrinya bukan seorang ilmuwan atau yang berpendidikan tinggi, istrinya malah cenderung buta huruf. Ia juga mengklaim anaknya, Nicu telah menerbitkan beberapa penelitian mengenai Fisika Nuklir.
Kediktaktorannya berakhir setelah rakyat melakukan revolusi pada Desember 1989, Ceausescu dan istrinya berusaha melarikan diri namun akhirnya tertangkap dan dijatuhi hukuman tembak mati dan merupakan hukuman tembak mati terakhir karena pada tahun 1990 hukuman dengan cara tersebut dilarang oleh pemerintah Romania.
Rafael Trujillo
Rafael Trujillo merupakan diktaktor dari Republik Dominica, salah satu negara di kepulauan Karibia. Ia berkuasa sebagai presiden dari tahun 1930-1938 kemudian berkuasa kembali pada tahun 1932 hingga 1942. Ia merupakan salah satu dari sekian diktaktor yang mengklaim dirinya adalah Tuhan kepada rakyatnya. Ia memerintahkan semua gereja memasang tulisan "God in Heaven, Trujillo on Earth". Ia menyelenggarakan sebuah acara bernilai 30 juta US dollar dengan nama "Fair of Peace and Fraternity of the Free World" dan dalam acara tersebut, ia menunjuk putrinya sebagai Ratu (Queen). Ia juga menunjuk putranya yang berumur 3 tahun sebagai Kolonel. Ia melakukan kampanye untuk istrinya agar terpilih untuk mendapatkan penghargaan Nobel dalam bidang Sastra, meskipun istrinya buta huruf. Ia mengeluarkan aturan semua plat mobil harus bertuliskan "Viva Trujillo" dan yang tak kalah gilanya, ia mempromosikan putranya yang masih sangat muda menjadi seorang Jendral.
Salah satu kebijakannya yang terkenal adalah "open door policy", kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan pengungsi Yahudi dari Eropa, pengungsi Jepang dan Spanyol. Dengan kebijakan tersebut sebetulnya ia juga mengembangkan kebijakan unik mengenai rasisme di negaranya, yang dikenal dengan "antihaitinismo (anti haiti)", targetnya adalah menghabisi orang-orang Haiti berkulit hitam, termasuk juga rakyat Dominica yang berkulit lebih gelap. Pada tahun 1937, ia memerintahkan untuk menyerang perbatasan Haiti dan membunuh lebih dari 10 ribu rakyat Haiti yang mencoba melarikan diri. Jumlah korban secara pasti sampai saat ini tidak dapat dipastikan, diperkirakan 20 ribu sampai dengan 30 ribu orang. Penyerangan ini disebut dengan Pembantaian Parsley.
Kediktatorannya berakhir ketika ia dibunuh pada 30 Mei 1961 oleh sekumpulan orang yang berjumlah 11 orang, yang menurut penelusuran diotaki oleh CIA, Amerika Serikat, meskipun tentunya disanggah oleh pihak CIA.
Idi Amin
Idi Amin adalah diktaktor dari Uganda, Afrika yang berkuasa pada tahun 1971-1979. Ia memulai karir politiknya ketika ia bergabung dengan King's African Rifles (KAR), tentara koloni Inggris di Afrika. Ia menggulingkan Perdana Mentri Milton Obote dengan tuduhan korupsi, ia bersama tentara yang pro kepadanya menyegel Bandara Udara Enttebe ketika sang Perdana Mentri menghadiri kongres Commonwealth di Singapura.
Seminggu setelah kudeta yang dilakukannya, Amin mengangkat dirinya sendiri sebagai Presiden Uganda. Tidak hanya berhenti disitu, ia juga menunjuk dirinya sendiri sebagai Kepala Komando Tentara Uganda. Ia menempatkan hukum dan pengadilan militer diatas segala-galanya. Amin membersihkan pasukan tentaranya dari pendukung Obote dengan melakukan pembunuhan terhadap mereka tanpa ampun, korban terus jatuh tidak terbatas pada pendukung Obote saja, namun meluas kepada orang-orang yang dia anggap sebagai pembangkang atau musuhnya, mulai dari pemimpin agama, senior politisi, hakim, pengacara bahkan artis atau homoseksual dengan motif yang semakin tidak jelas (motif jiwa kriminal yang dimilikinya dan sekedar keinginan untuk menghabisi orang-orang tertentu). Salah satu kegilaan yang sering diberitakan adalah kebiasaannya memakan daging musuhnya atau yang membangkang terhadap dirinya, terkadang ia berikan sebagai makanan untuk buaya peliharaannya.
Ia membuat berbagai slogan untuk dirinya sendiri, mulai dari "Penguasa Kerajaan Inggris", "Presiden Seumur Hidup" dan lain sebagainya. Ia melarang orang Asia datang ke Uganda hanya karena seorang wanita dari keluarga penting di Asia menolak untuk dinikahi. Ia mengklaim dirinya sebagai Raja Skotlandia yang tidak bermahkota dan menulis surat cinta untuk Ratu Elizabeth II. Media massa internasional seringkali menyebutnya dengan diktaktor eksentrik karena berbagai perkataan dan perbuatannya yang tergolong "gila".
Kediktaktorannya berakhir ketika ia melarikan diri dari serangan balasan Tanzania ke Lybia, negara yang dimpimpin sekutunya, Khadafi. Dan kemudian menghabiskan sisa hidupnya dalam pengasingan di Saudi Arabia ditemani salah satu istrinya hingga meninggal dan dikuburkan di kota Jeddah, Saudi Arabia.
Muammar Qaddafi
Muammar Qaddafi adalah diktaktor Libya yang mulai berkuasa pada tahun 1969 setelah berhasil merebut kekuasaan dari Raja Idris di tahun yang sama. Ia memulai karir politiknya dengan bergabung dengan akademi militer Libya pada tahun 1961 dan mendapatkan traning militer lanjutan di suatu tempat di negara Inggris.
Selama pemerintahannya Qaddafi menutup semua akses komunikasi dengan dunia barat, komunikasi politik dengan negara-negara barat akan diganjar hukuman 3 tahun penjara. Bahasa Inggris dan Perancis dikeluarkan dari kurikulum sekolah sehingga hampir semua rakyatnya tidak dapat berkomunikasi selain dengan bahasa Arab. Qaddafi telah melakukan banyak pembunuhan di luar negaranya, ia membunuh seorang mahasiswa asal Lybia yang bersekolah di Colorado State University, Amerika dan menembaki orang Lybia yang sedang mencari perlindungan di London sehingga akhirnya Inggris memutuskan hubungan diplomatik dengan negaranya.Ia juga pernah membicarakan tentang rencana pembunuhan terhadap Presiden Amerika, Ronald Reagan yang mengakibatkan penolakan paspor Lybia masuk ke Amerika.
Yang paling kontroversial dari Qaddafi adalah pasukan bodyguard-nya yang semuanya adalah wanita perawan, yang dilatih secara militer dan disiapkan untuk berani mati melindungi sang presiden. Ia pernah memberikan pidato di Italia, dimana semua hadirinnya adalah wanita dan menjelaskan mengapa negara-negara Eropa harusnya membayar dia 5 trilyun euro. Ia juga pernah berpidato dalam sidang PBB selama hampir 2 jam dan salah satu hal gila yang disampaikan adalah dukungannya terhadap para bajak laut Somalia yang terkenal sadis. Qaddafi mengklaim bahwa Israel-lah yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan JFK, juga menyebut Barrack Obama, "My Son".
Kediktaktorannya baru saja berakhir di bulan April 2011, setelah rakyat Lybia melakukan revolusi dan mengusir Qaddafi dari istananya.
Yahya Jammeh
Yahya Jammeh adalah Presiden Gambia, sebuah negara kecil di Afrika Barat. Jammeh menggantikan Jawara, presiden yang telah memimpin Gambia sebelumnya selama hampir 30 tahun, yang diturunkan melalui kudeta pada tahun 1994. Jammeh naik ke kursi kepresidenan setelah memenangkan pemilihan umum secara mutlak pada tahun 1996 dan terpilih kembali pada tahun 2001. Pada tahun 2006 sempat diberitakan ada usaha untuk melakukan kudeta terhadap pemerintahan Jammeh, dipimpin oleh Kolonel Ndure Cham namun berhasil digagalkan. Mereka yang terlibat dalam aksi ini berhasil ditangkap dan dihukum, empat orang diantaranya diganjar hukuman penjara seumur hidup. Jammeh kemudian terpilih kembali menjadi presiden pada tahun 2006.
Selama pemerintahannya, ia banyak mengeluarkan aturan, salah satunya adalah larangan terhadap kaum homoseksual yang akan mengakibatkan hukuman penggal kepala bagi siapapun yang diketahui memiliki hubungan sesama jenis, sempat diberitakan terjadi pembunuhan terhadap seluruh kaum homo di negaranya dan ia juga memberikan ultimatum bagi mereka untuk segera meninggalkan Gambia. Pada tahun 2007, ia mengklaim dirinya menemukan obat herbal untuk penyakit AIDS dan asma dan pasien yang menggunakan obat temuannya mengalami peningkatan kondisi kesehatan. Ia juga pernah mengatakan bahwa Gambia memegang peranan penting dalam indutri penerbangan dunia karena penerbangan Atlantik pertama dan penerbangan pertama dari Eropa Timur mendarat di Gambia, selain itu ia mengatakan bahwa awalnya Gambia adalah negara terbesar di Afrika namun pemerintahan Inggris mengubahnya menjadi negara kecil dan menjual sebagian besar negara tersebut kepada Perancis.
Selama pemerintahannya, kebebasan jurnalistik ditekan, hal ini dibuktikan dengan kasus pembunuhan atas Deyda Hydara, editor dari tabloid The Point yang tidak pernah terpecahkan. Ia memaksa para wartawan untuk mengikuti perintah pemerintahan, ia mengatakan radio dan televisi terlalu banyak bicara di negaranya. Pada tahun 2006, Ebrima Manneh, seorang wartawan yang berusaha memberitakan siaran BBC yang mengkritisi, ditangkap dan dipenjarakan atas perinta Jammeh.
Malangnya untuk rakyat Gambia, sampai saat ini, Jammeh masih berkuasa di negara tersebut.
Francisco Macias Nguema
Francisco Macias Nguema adalah Presiden Guinea Ekuatorial, sebuah negara kecil di Afrika Tengah dengan pendapatan kapita yang cukup besar namun tidak terdistribusi dengan rata karena 70% dari rakyatnya masih hidup dibawah garis kemiskinan. Francisco Macias Nguema memimpin negara tersebut dari tahun 1968-1979, sebelumnya ia menjabat sebagai gubernur dari kota Mongomo. Selama pemerintahannya, banyak diberitakan pembunuhan atas lawan politiknya serta pelarangan penggunaan bahasa Spanyol (negara ini sebelumnya merupakan koloni Spanyol).
Sepertiga dari rakyatnya diberitakan melarikan diri ke negara lain selama pemerintahannya. Banyak pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan Francisco Macias Nguema, diantaranya menutup semua rumah sakit yang ada berkaitan dengan titel dirinya "Keturunan Dokter Penyihir (Dukun)". Ia melarang penggunaan kata "intelektual" dan melarang orang untuk memancing. Ia mengubah moto negaranya menjadi "Tidak ada Tuhan selain Macias Nguema". Ia juga memerintahkan pembunuhan terhadap Kepala Bank di negaranya serta menyembunyikan seluruh uang negara di rumahnya. Pada hari Natal tahun 1975 ia memerintahkan pembunuhan terhadap 150 lawan politiknya di lapangan sepak bola sambil memutar lagu Mary Hopkins yang berjudul "Those Were the Days".
Ia mengubah undang-undang di negaranya dan menjadikan dirinya sebagai sumber dari seluruh hukum yang ada. Ia mendeklarasikan dirinya sebagai raja seumur hidup. Ia mengeluarkan undang undang baru antara lain, hukuman mati akan diberikan kepada mereka yang dianggap mengancam presiden ataupun pemerintahan, menghina atau melawan pemerintah akan dihukum 30 tahun penjara.
Keditaktorannya berakhir saat keponakannya, Teodoro Obiang Nguema, melakukan kudeta pada bulan Agustus 1979, sang paman melarikan diri bersama pasukan setianya namun berhasil ditangkap di hutan dan dilakukan sidang militer atas dirinya dan diputuskan hukuman tembak mati, yang disebut "101 times" (101 kali penembakan dilakukan sebagai hukuman), 2 orang dari tim pembelanya di persidangan dijatuhi hukuman penjara 30 tahun. Sampai saat ini negara Guinea Ekuatorial yang malang ini masih dipimpin oleh keponakan ditaktor yang bahkan "sedikit" lebih gila daripada pamannya.
Saparmurat Niyazov
Saparmurat Niyazov adalah presiden seumur hidup dari Turkmenistan, sebuah negara di Asia tengah. Niyazov memulai karir politiknya ketika menjadi sekretaris pertama dari Partai Komunis Turkmenistan. Segera setelah negara ini lepas dari Uni Soviet pada tahun 1991, ia memimpin hingga ia meninggal pada tahun 2006 lalu. Ia menamai dirinya sendiri Turkmenbashi, yang artinya "Pemimpin Rakyat Turki". Media luar mengkritiknya sebagai salah satu ditaktor yang paling korup dan represif, sebuah lembaga hak asasi di London pernah memberitakan kekayaan yang dimiliki Niyazov dalam bentuk valuta asing diduga lebih dari 3 juta dolar Amerika tersimpan di bank-bank Belanda dan Jerman.
Salah satu kegilaan sang presiden yang terkenal adalah menamai bulan di kalender dengan namanya dan nama keluarganya. Ia melarang penggunaan rekaman lagu maupun musik dengan alasan akan merusak perkembangan seni musik, ia melarang anjing berkeliaran di Ashgabat, ibukota negara Turkmenistan karena baunya yang tidak enak. Ia memerintahkan pembangunan ring es skating agar mereka yang hidup di gurun dapat belajar dan dapat melakukan es skating. Setelah dirinya berhenti merokok pada tahun 1997 akibat operasi jantung yang dilakukan, ia memberlakukan pelarangan merokok di seluruh tempat umum, termasuk larangan mengunyah tembakau (menyirih) di seluruh kawasan negaranya. Ia juga melakukan pelarangan atas opera, balet dan sirkus di tahun 2001. Seluruh reporter dan pembawa berita wanita di televisi tidak diperbolehkan menggunakan make up karena menurutnya, seluruh wanita di negaranya sudah cantik tanpa make up.
Pada tahun 2004 beredar leaflet di Ashgabat yang berisi ajakan penggulingan dan sidang terhadap Niyazov, para pejabat tidak berhasil menghentikan kampanye tersebut sehingga Niyazov memecat Perdana Menteri Internal dan Direktur Kepolisian melalui siaran televisi nasional. Setelah itu, ia memerintahkan pemasangan kamera pengawas (CCTV) di jalan-jalan utama ibukota negara.
Keditaktorannya berakhir pada bulan Desember 2006, televisi nasional mengumumkan kematian sang presiden akibat serangan jantung. Ia dimakamkan di makam keluarga yang telah disiapkan di kota kelahirannya, sekitar 7 km dari ibukota negara.
Francois Duvalier dan Jean-Claude Duvalier
Francois Duvalier atau dikenal dengan nama Papa Doc adalah presiden seumur hidup yang berkuasa di Haiti dari tahun 1957-1971. Ia berhasil memenangkan pemilu pada tahun 1956 melawan Louis Déjoie, dengan mengusung kerakyatan Afro-Haiti karena lawan politiknya merupakan keturunan campuran.
Setelah diambil sumpah kepresidenan pada bulan Oktober 1957, ia melakukan penyesuaian terhadap undang-undang. Salah satunya adalah UU yang melarang pemilihan kembali presiden yang berkuasa, ia ubah sehingga ia dapat terpilih kembali menjadi presiden bahkan menjadi kandidat tunggal. Ia pernah mengalami serangan jantung, yang mengakibatkannya harus beristirahat total sehingga ia menyerahkan pemerintahannya sementara kepada Clement Barbot, kepala grup paramiliter. Setelah pulih, ia menuduh Barbot berusaha untuk mengambil alih kuasa dari dirinya. Saat Barbot berusaha menggulingkan dirinya, ia memerintahkan pencarian besar-besaran atas diri Barbot namun Barbot tidak dapat ditemukan. Duvalier percaya bahwa Barbot telah berubah menjadi anjing hitam sehingga ia memerintahkan pembunuhan atas semua anjing hitam di Haiti. Ketika akhirnya Barbot dapat ditemukan dan di tembak mati, Duvalier menyimpan kepalanya untuk Voodoo.
Selama pemerintahannya, ia sering menyalahgunakan bantuan luar negeri dengan menyimpannya dalam rekening bank pribadi, melakukan penekanan terhadap kaum elit keturunan campuran, mendominasi bisnis-bisnis negara untuk memperkaya diri sendiri dan pendukungnya. Para profesional seperti dokter, guru, ilmuwan banyak yang melarikan diri dari Haiti sehingga negara tersebut mengalami kekurangan atas tenaga dokter dan guru sehingga kondisi negara tersebut sering disebut "brain drain" (pengeringan otak/intelektual). Pertanian dikuasai oleh kaum militer, rakyat yang dipekerjakan untuk mengolah lahan pertanian tidak dibayar sehingga tingkat kejahatan di Haiti tergolong tinggi karena rakyat banyak mengalami kelaparan dan malnutrisi.
Keditaktorannya berakhir setelah sang presiden meninggal dunia diawal tahun 1971 dan digantikan oleh putranya, Jean-Claude Duvalier, yang disebut juga dengan Baby Doc.
Mobutu Sese Seko
Mobutu Sese Seko adalah presiden dari negara Zaire, yang sekarang menjadi Republik Kongo, negara terbesar ketiga yang terletak di Afrika Tengah. Seko berkuasa di negara tersebut mulai tahun 1965 hingga 1997. Setelah mendapatkan kemerdekaannya, negara Kongo mengalami krisis akibat perebutan kekuasaan yang akhirnya dimenangkan oleh Perdana Mentri Lumumba. Lumumba menunjuk Seko untuk menjadi Kepala Staf Tentara dan ini merupakan langkah awal Seko menguasai Kongo.
Selama pemerintahannya, ia melarang penggunaan nama-nama Eropa, ia memperingatkan para pendeta untuk tidak membaptis anak-anak Kongo dengan nama Eropa, bagi yang tertangkap melakukan akan dihukum 5 tahun penjara. Ia menamai dirinya, yang jika dialih-bahasakan ke dalam bahasa Indonesia kira-kira berarti "Prajurit yang sangat berkuasa dan karena ketahanan dan fleksibilitasnya akan selalu menang, akan selalu menaklukan dan meninggalkan api dalam kehadirannya". Kekayaannya diperkirakan mencapai 5 juta dolar Amerika tersimpan di bank-bank di negara Swiss, kekayaan ini hampir sebesar hutang luar negeri negaranya saat itu. Kondisi rakyat mengalami kelaparan, fasilitas umum tidak terawat sementara sang presiden hidup mewah berpindah-pindah di beberapa istana yang dibangunnya. Ia menuntut penanyangan berita sore diawali dengan gambar dirinya yang turun melalui awan dari surga. Ia juga melarang media menyebutkan nama seseorang dengan sebutan nama mereka masing-masing, kecuali untuk nama dirinya sendiri. Ia melarang topi yang terbuat dari kulit macan atau bercorak kulit macan kecuali topi untuk dirinya sendiri.
Keditaktorannya berakhir setelah pemerintahannya digulingkan saat Perang Kongo pertama terjadi di tahun 1996. Ia kemudian diasingkan di Togo namun lebih sering menghabiskan waktunya di Maroko. Ia meninggal pada bulan September 1997 akibat kanker prostat dan dimakamkan di kota Rabat, Maroko.
Kim Jong-Il
Kim Jong-Il mulai memimpin setelah kematian Kim Il Sung, sang ayah dan pemimpin Korea Utara saat itu, pada bulan Juli 1994 akibat serangan jantung. Kim Jong Il membutuhkan waktu kurang lebih 3 tahun untuk mengonsolidasikan pemerintahan dibawah kekuasaannya. Bersama dengan ayahnya, ia dipuji dan disebut sebagai "Pencipta Alam Semesta". Dalam pidatonya, ia selalu menyebut dirinya sebagai "Dear Father" bukan "Dear Leader".
Dalam melakukan perjalanan, ia selalu ditemani "pleasure squad" (pasukan kesenangan/kenikmatan), yang semua anggota adalah wanita muda. Ia dianggap memiliki kekuatan supernatural sejak lahir. Ia mengklaim bahwa Korea Utara merupakan negara yang paling demokratis, bebas dan terhormat di bumi. Ia juga mengklaim dirinya sebagai penemu hamburger dan merupakan pegolf paling legendaris yang pernah ada di dunia. Ia membangun kota di perbatasan Korea Utara dan Selatan hanya untuk mengelabui orang-orang Korea Selatan agar menyeberang ke negaranya. Ia berusaha menyingkirkan orang-orang yang bertubuh pendek dari Pyongyang, ibukota negara hanya karena ia kesal dengan tinggi badannya. Anak-anak sekolah diajarkan bahwa sang presiden tidak pernah buang air besar. Dan puncak kegilaannya adalah ketika ia memerintahkan penculikan atas dua orang sutradara untuk membuat remake dari fim Godzilla, dengan versi komunis. Ia selalu mengklaim Korea utara sebagai surga dimana orang tidak pernah mengalami kemiskinan dan semua orang hidup bahagia. Padahal dalam kenyataan banyak rakyatnya menderita dan hampir semuanya bekerja di lahan pertanian milik pemerintah.
Pada tahun 2008 Kim mengalami penurunan kesehatan dan banyak rumor beredar mengenai kesehatan Kim yang menurun ini, berbagai spekulasi penyakit, mulai dari stroke, jantung, hingga kanker diberitakan oleh media namun selalu dibantah oleh pemerintahannya. Hingga pada tahun 2010, wikileaks mengeluarkan dokumen mengenai penyakit yang diderita oleh sang presiden, yaitu epilepsi.
Malang bagi rakyat Korea Utara sampai saat ini, sang presiden masih berkuasa dan kegilaannya masih barus berlanjut.
0 Response to "10 Diktator Paling Gila Di Era Modern"
Post a Comment