Di daerah pedalaman Sulawesi Selatan, ada kebiasaan unik bagi ibu yang melahirkan untuk memeriksa secara teliti adakah kembaran si cabang bayi yang baru saja di lahirkan menyerupai cicak. Kebiasaan ini di utamakan kepada ibu yang masa hamilnya sering melakukan sanitasi di aliran kali dan sungai.
Di percaya hingga sekarang, bila ibu hamil yang melakukan sanitasi di aliran kali dan sungai menenggelamkan tubuh dari kaki hingga pinggang ini memiliki 20% melahirkan buaya. Secara ilmu kebidanan memang tidak masuk akal, tapi tidak bagi para lelehur di daerah tersebut yang menerangkan bahwa benih/sperma itu terbawa oleh arus kali atau sungai. Terangnya lagi, kejadian (penyaluran benih) itu tidak sering terjadi, tapi ada masa-masa saat buaya melakukan hubungan intim sesama buaya di musim kawin, sebagian sperma buaya jantan yang tidak terserap oleh buaya betina itu lalu terbawa arus.
Pengakuan dari sang ibu dan kejadian langka saat admin melakukan perjalanan kedaerah tersebut juga bisa menjadi pertimbangan nih.
Pada suatu sore admin mendengar suara teriakan seorang anak berumur 7 tahun, ternyata anak tersebut tidak sengaja melakukan pemanggilan dalam bahasa daerah yang dilarang/pantang di sebutkan "mai mi ki nenek, deng inde sodara ta" yang berarti "kemari nenek, ada kembaran anda disini (nenek, sebutan buaya yang dilahir dari rahim manusia). Tak lama, banyak warga berdatangan. Salah satunya ada ibu yang membawakan 2 butir telur, dan berucap "memang sudah lama juga saya tidak menyiapkan telur untuk anak ku yang satu ini".
Bila Fo_Nia ragu, bisa di tanyakan kepada teman, tetangga yang berasal dari Sulawesi Selatan tentang pantangan untuk tidak membuang air panas dan sisa makanan pedas ke aliran kali, sungai, atau laut secara langsung.
0 Response to "Buaya yang dilahir oleh rahim manusia"
Post a Comment